MENENGOK TRADISI TAHUN BARU JAWA DI WONOAGUNG TIRTOYUDO

  • Aug 08, 2023
  • WONOAGUNG.TIRTOYUDO

Wonoagung - Setiap bulan Sura dalam penanggalan tahun Jawa, sebagian besar masyarakat beretnis Jawa akan menyelenggarakan serangkaian acara untuk menyambut bulan tersebut. Diantara acara yang sering dilaksanakan yaitu kenduri atau tasyakuran, pagelaran seni dan budaya hingga acara yang berbau sakral dan penuh makna dan mistis. Bukan tanpa alasan mereka menyelenggarakan sejumlah acara tersebut, melainkan semata-mata untuk menyongsong awal tahun yang lebih baik dan sejahtera tanpa adanya marabahaya serta keburukan apapun.

Di Wonoagung, Tirtoyudo, acara-acara semacam itu juga dilaksanakan oleh sebagian besar masyarakat dalam rangka memasuki bulan pertama dalam kalender Jawa. Sepanjang laporan di lapangan, sejumlah kenduri dan pagelaran budaya digelar dalam bentuk sederhana. Bukan berarti kegiatan tersebut tidak mengundang banyak khalayak, tetapi untuk menjaga dan melestarikan kesakralan kegiatan yang sudah dilakukan sejak turun temurun. Tak ayal, sejumlah masyarakat sekitar ikut meramaikan dan menyaksikan acara yang hanya dilaksanakan setahun sekali itu.

Di Wonoagung Timur, misalnya, masyarakat membawa wadah yang disebut encek berisi nasi ambeng beserta lauk pauknya menuju balai dusun setempat. Setidaknya, ada ratusan masyarakat yang hadir pada kenduri yang dimulai pukul 16.00 waktu setempat. Acara diawali dengan pembacaan ujub oleh seorang tokoh masrayakat yang dituakan, disusul dengan pembacaan tahlil oleh tokoh agama setempat dan diakhiri dengan doa bersama. Selepas itu, mereka mengambil encek secara acak dan membawanya pulang ke rumah masing-masing menjelang magrib.

Sedangkan di Wonoagung Tengah, kenduri digelar oleh masyarakat setempat di balai dusun. Dengan dihadiri kepala desa, perangkat desa dan sejumlah tokoh masyarakat setempat, acara dimulai pukul dengan pemaparan sejarah dusun oleh tokoh masyarakat setempat. Dilanjutkan dengan sambutan oleh kepala desa yang mengapresiasi masyarakat yang tetap melestarikan tradisi kenduri walaupun mayoritas masyarakat Wonoagung Tengah merupakan penganut kristen terbesar di wilayah Tirtoyudo utara. Acara diakhiri dengan doa sesuai dengan keyakinan masing-masing dan kembali ke rumah mereka masing-masing dengan membawa encek yang diambil secara acak.

Sementara itu, sejumlah masyarakat di Wonokitri menggelar kenduri di beberapa tempat. Sebagian besar masyarakat mengadakan kenduri di masjid dan rumah sesepuh setempat. Sebagian kelompok masyarakat malah mengadakan kenduri dan pagelaran seni dalam waktu yang sama. Seperti yang dilakukan sejumlah masyarakat di sekitaran kantor desa yang mengadakan kenduri dan pagelaran seni di petilasan setempat. Sebelumnya, mereka melakukan kenduri yang dihadiri sejumlah perangkat desa. Acara diisi doa bersama dan diakhiri dengan makan bersama di tempat tersebut. Siangnya, tabuhan gamelan mulai dibunyikan pertanda acara pagelaran segera di mulai. Sejumlah masyarakat mulai berdatangan ke lokasi acara walau harus menuruni lereng pegunungan yang curam. Pagelaran diisi dengan penampilan kuda lumping dan sejumlah atraksi menegangkan oleh anggota salah satu sanggar kesenian setempat hingga berakhir menjelang magrib. (Adm/Wgg)